Download Gratis PTK dan Jurnal Bahasa Indonesia Untuk Jenjang SMP
Download Gratis PTK dan Jurnal Bahasa Indonesia Untuk Jenjang SMP
Seorang PNS Diwajibkan untuk membuat sebuah Publikasi Ilmiah/ Karya Inovatif dalam Sebuah jabatan Guru, Terlebih Bagi bapak Ibu Yang Golongan III/b s.d. IV/d agar membuat PI ataupun KI. Bapak Ibu bisa mengedit mumpung masih ada waktu sebelum bulan April 2017.
Dibawah ini akan disajikan Paparan singkat Dalam Penulisannya :
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan latar belakang Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran bahasa Indonesia bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu para peserta didik mengenali dirinya, dan budaya orang lain, mengembangkan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi minimal kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia . Standar kompetensi merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global ( Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006).
Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi adalah salah satu kompetensi dasar yang membekali siswa agar mencapai tujuan tersebut. Selain sebagai sarana untuk membantu siswa memahami gagasan penulis juga membuat siswa lebih apresiatif terhadap suatu karya sastra khusunya puisi sehingga dapat mengembangkan daya kreasi, imajinasi, dan menambah kepekaan batin.
Di dalam Standar Isi kurikulum 2006 berbasis kompetensi, pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat membekali siswa dengan keterampilan, tidak hanya pengetahuan saja. Keterampilan melakukan musikalisasi puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang disajikan di kelas IX semester 1 (satu) .
Sesuai dengan standar isi dan KTSP SMP Nereri 2 Toroh Kabupaten Grobogan, pembelajaran bahasa Indonesia KD 6.2 Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana /irama yang sudah dibangun mensyaratkan KKM yang harus dicapai 78. Namun demikian, hasil yang diperoleh siswa pada saat penilaian cenderung kurang memuaskan karena siswa kurang berani berekspresi sehingga mempengaruhi pencapain KKM seperti yang dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Toroh kelas IX J tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar grafik lingkaran berikut.
Gambaran Awal Kemampuan Menyanyikan Puisi yang Sudah Dimusikalisasi di Kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017
Dari 34 siswa yang tuntas KKM 14 siswa (41,18%) dan tidak tuntas KKM 20 siswa (58,82%). Hal ini disebabkan siswa kurang berani berekspresi ketika menyanyikan puisi yang sudah dimusikalsasi. Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran, dari 34 siswa baru 15 siswa berani menyanyikan puisi dengan ekspresi sesuai suasana, dan irama puisi. Ada juga siswa yang sudah berekspresi, tetapi kurang sesuai dengan suasana/irama puisi ada 2 siswa . Sedangkan siswa yang lain menyanyi tanpa ekspresi. Dengan demikian kemampuan dan keberanian siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2016/2017 masih rendah.
Rendahnya kemampuan berekspresi siswa dalam menyanyikan puisi disebabkan teknik menyanyikan puisi dilakukan perorangan . Rata-rata siswa merasa malu dan takut untuk berekspresi sesuai dengan isi dan suasana puisi yang dinyanyikan. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti akan melakukan pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan teknik kolaborasi dengan membaca puisi. Diharapkan dengan tampil berdua dapat menambah keberanian siswa berekspresi.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa hal yang perlu diidentifikasi untuk menentukan rendahnya hasil pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain: :
1. hasil belajar musikalisasi siswa kelas IX J masih rendah
2. dalam menyanyikan puisi siswa kelas IX J masih kurang berani berekspresi
3. penggunaan teknik yang kurang tepat perlu diperbaiki/diganti dengan teknik yang lebih tepat.
C. Pembatasan Masalah
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Mulai dari input siswa, latar belakang orang tua, dan keadaan lingkungan bergaul siswa, serta faktor yang berpengaruh secara langsung mulai dari kurikulum, sarana prasarana, kemampuan guru dalam menerapkan teknik, strategi atau pun pendekatan yang dipakai. Hasil belajar di sini sifatnya umum untuk seluruh mata pelajaran.
Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia khususnya menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisai juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor itu berupa sikap siswa atau keberanian dalam mengekspresikan puisi sesuai dengan isi puisi, metode pembelajaran yang digunakan, serta pendekatan serta teknik.
Dalam penelitian ini penulis tidak akan meneliti semua permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia. Namun hanya yang berkaitan dengan kemampuan siswa berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi. Dalam pembelajaran ini ada tiga indikator yang harus dicapai , yaitu (1) mampu menentukan suasana SMP Negeri 2 Toroh kelas IX J tahun pelajaran 2016/2017.
puisi, (2) mampu menyanyikan puisi sesuai dengan irama/suasana yang sudah dibangun, (3) mampu menyanyikan puisi dengan ekspresi yang tepat . Dari ketiga indikator tersebut ada satu indikator yang sangat rendah hasilnya, yaitu indiktor (3) mampu menyanyikan puisi dengan ekspresi yang tepat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi dapat meningkatkan hasil belajar menyanyikan puisi yang sudah dimusukalisasi di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh semester 1 tahun pelajaran 2016/ 2017?
2. Apakah melalui teknik kolaborasi dapat meningkatkan kemampuan siswa berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusukalisasi di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh semester 1 tahun pelajaran 2016/ 2017?
E. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan hasil belajar musikalisasi puisi bagi siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh, semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017
2. Meningkatkan kemampuan berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi bagi siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh Tahun pelajaran 2016/2017 .
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman guru bahasa Indonesia umumnya dan peneliti pada khusunya dalam menerapkan teknik yang tepat dalam proses pembelajaran musikalisasi puisi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan, sekolah.
1. Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia .
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi sesuai dengan suasana dan irama yang sudah dibangun.
c. Meningkatkan kemampuan dan keberanian siswa berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi.
d. Meningkatkan kemmampuan siswa mengapresiasi puisi .
2. Guru
a. Menambah pengetahuan guru agar dapat memilih metode, pendekatan, dan teknik yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang disampaikan.
b. Menambah pengetahuan guru bahasa Ind onesia dalam pembelajaran musikalisai puisi.
c. Menambah semangat guru dalam menyajikan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
3. Sekolah
a. Meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbanyak koleksi pustaka khususnya yang berkaitan dengan teknik pembelajaran musikalisasi puisi.
b. Mengharumkan nama sekolah dalam ajang lomba musikalisasi puisi dan lomba membaca puisi.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2009: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
B. Hakikat Ekspresi
Menurut Soehardjo ( 2005 : 121 ) ekspresi adalah ungkapan perasaan pelaku seni. Perasaan yang dimaksud adalah perasaan khusus yang dapat membagun sikap serta nilai. Munculnya dipicu oleh interaksi pelaku seni dengan lingkungannya. Jika intuisi atau imajinasi itu disertai dengan dorongan dari dalam batin, maka proses kreasi berlangsung.
Sejalan dengan hal tersebut dalam KBBI (2005:291) ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan ( yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya) atau pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.
Sedangkan Asfandiyar (2010: 54) berpendapat bahwa pembelajaran musikalisasi puisi merujuk pada kecerdasan musikal. Musik sarana ekspresi diri dan memupuk rasa percaya diri. Kecerdasan musikal mencakup kepekaan atau penguasaan terhadap nada, irama, pola, ritme, tempo, instrumen, dan ekspresi musik. Musik berperan dalam perkembangan kognitif, kecakapan sikap, tingkah laku dan disiplin anak.
Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total. Lakuan-lakukan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ekspresi adalah ungkapan pikiran dan perasan yang dituangkan dalam kata-kata atau kalimat, gerakan, tingkah laku, pandangan mata, mimik/ air muka agar apa yang dirasakan ikut juga dirasakan oleh orang lain. Oleh karena itu, ketika kita membaca puisi atau menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi kita harus menafsirkan isi puisi tersebut secara tepat agar dapat mengekspresikan secara tepat pula.
C. Hakikat Puisi
Menurut Waluyo (2003:1) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan , dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias
Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Sayuti (2008:3) bahwa puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.
Sedangkan Suharianto (1982:46) menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra yang bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang tidak menjelaskan secara rinci apa yang akan diungkapkannya, melainkan sebaliknya . Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaan atau pendapatnya merupakan yang pokok atau penting saja.
Pendapat lain mengenai pengertian puisi juga disampaikan oleh Pradopo (2002:7) yang menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan , yang merangsang imajinasi pancaindera dalam ssusunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Sementara itu, unsur-unsur estetika puisi dapat diketahui melalui unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan komposisinya. Puisi sebagai karya sastra, memiliki fungsi estetika dominan dan di dalamnya terdapat unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan , diksi (pilihan kata), irama dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisan.
Dari beberapa definisi puisi di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan , emosi, ide yang disampaikan dengan bahasa yang indah susunannya dan mempunyai makna yang luas. Puisi merupakan wujud pengalaman penulisnya dalam bentuk bahasa yang memiliki makna yang dalam. Bahasa puisi bersifat plastis, tetapi mampu mengakomodasikan berbagai dimensi makna di balik apa yang tersurat. Dimensi itu , misalnya imagery , yaitu gambar angan-angan pada saat orang membaca sebuah karya , sehingga merasa melihat sesuai dengan perasaan penyair.
Unsur-Unsur Puisi
1. Tema
Menurut Suharianto (1982:50) mengatakan bahwa tema puisi itu sebenarnya sama dengan tema prosa, yaitu pokok permasalahan. Hanya harus diakui, untuk mengetahuinya lebih sulit karena bentuk karya sastra ini umumnya menggunakan lambang-lambang. Karena itu untuk mengetahuinya perlu kecerdasan dan kejelian.
Sedangkan Herman J. Waluyo (2003: 26) mengatakan bahwa puisi memiliki dua struktur, yaitu struktuk fisik dan batin. Struktur fisik adalah kesatuan baris-baris puisi atau disebut struktur sintaktik. Sedangkan struktur batin adalah ungkapan batin penulisnya atau sering disebut struktur tematik.
Contoh :
Gadis Peminta-minta
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
senyumu terlalu kekal untuk mengenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
tapi kotaku jadi hilang tanpa jiwa
Ingin aku ikut gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlap
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi duka
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
Karya : Toto Sudarto Bachtiar
Puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar bertema kemanusiaan. Dalam puisi tersebut penyair mengetengahkan tentang martabat manusia, yang sering dianggap sampah yang tidak ada harganya. Di dalam puisinya penyair dengan tegas menyatakan bahwa martabat gadis peminta-minta sama dengan martabat manusia yang lain.
Jadi dapat disimpulkan tema adalah permasalahan yang diungkapkan oleh pengarang melalui karya-karyanya.
2. Citraan/Daya Bayang
Menurut Sayuti (2008:169) menjelaskan bahwa pengalaman keinderaan yang terbentuk dalam rongga imajinasi yang disebabkan oleh sebuah kata atau serangkaian kata. Kata atau rangkaian kata yang mampu menggugah pengalaman keinderaan itu, dalam puisi disebut citraan.
Sejalan dengan hal tersebut Sayuti (2008:174) menggolongkan macam-macam citraan dalam puisi sesuai dengan indera atau perasaan yang ingin digugah atau yang ingin dikomunikasikan oleh penyair dalam dan lewat puisinya. Yang berhubungan dengan indera penglihatan disebut citra visual, yang berhubungan dengan indera pendengaran disebut citra auditif, yang membuat sesuatu yang ditampilkan tampak bergerak disebut citra kinestetik, yang berhubungan dengan indera peraba disebut citra termal atau rabaan, yang berhubungan dengan indera penciuman disebut citra penciuman.
Sedangkan Suharianto (1982:51) mengatakan bahwa puisi bagi penyair bukan sekedar alat memberitahukan apa yang dialami atau dirasakan, melainkan sekaligus juga sebagai alat “mengajak” pembaca atau penikmatnya untuk dapat ikut serta merasakan, melihat apa yang dilihat, dan mendengar segala sesuatu yang didengarnya. Pendek kata puisi harus mampu menjadikan sesuatu yang semula abstrak menjadi konkrit; karena hanya dengan jalan demikian puisi tersebut menjadi lebih hidup di dalam khayalan pembacanya. Itulah sebabnya unsur daya bayang, yakni kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca, dalam suatu puisi sangat penting kedudukannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa citraan adalah bayangan pembaca yang diperoleh dari ungkapan kata atau kelompok kata sesuai dengan apa yang dirasakan oleh penulisnya.
3. Rima dan Irama
Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Sedangkan irama, yang sering juga dikatakan ritme adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi tersebut dibaca, Suharianto (1982:55).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Suminto A. Sayuti ( 2008:104) mengatakan bahwa rima atau persajakan adalah perulangan bunyi yang sama dalam puisi. Pengertian ini dapat diperluas sehingga persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan atau kemiripan bunyi tertentu di dalam dua kata atau lebih, baik yang berposisi di akhir kata, maupun yang berupa perulangan bunyi-bunyi yang sama yang disusun pada jarak atau rentang tertentu secara teratur.
4. Nada dan Suasana
Menutut Anwar Efendi (1998:5.6) menjelaskan bahwa nada adalah sikap pengarang kepada pembaca. Di dalam puisinya, bisa saja penyair
bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau hanya ingin menceritakan sesuatu kepada pembaca. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi, atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan, karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembaca.
Misalnya puisi berjudul “ Gadis Peminta-minta “ karya Toto Sudarto Bachtiar, kalau kita perhatikan nada puisi tersebut berupa kritik sosial karena banyak orang yang menganggap pengemis itu adalah sampah yang tidak memiliki martabat dan hina. Suasana yang diungkapkan pada puisi terebut adalah suasana hati yang sendu.
D. Hakikat Musikalisasi Puisi
Batasan musikalisasi puisi ternyata menjadi perdebatan panjang oleh para ahli, karena ada perbedaan pendapat. Menurut Tengsoe Tjahjono ada 4 pendapat, yaitu (a) dalam musikalisasi tidak boleh ada aktivitas membaca puisi; jika ada pembacaan puisi didalamnya, kegiatan tersebut bukanlah musikalisasi puisi, (b) dalam musikalisasi boleh saja terdapat kegiatan pembacaan puisi, sebab tidak semua baris atau fase dalam puisi bisa dimusikalisasikan, (c) membaca puisi dengan iringan alat musik bukanlah musikalisasi puisi, dan (d) membaca puisi dengan alat musik juga merupakan kegiatan musikalisasi puisi (Tjahjono, 2011:167).
Danardana (2003:57) berpendapat bahwa puisi dibawakan (dibaca) dengan diiringi oleh permainan alat-alat musik. Fokus utama model musikalisasi puisi ini adalah, keahlian olah vokal pembaca puisi. Model musikalisasi puisi iringan merupakan model puisi yang terfokus pada iringan permainan alat-alat musik. Fokus utama model musikalisasi puisi ini adalah keahlian olah vokal pembaca puisi.
Ari KPIN (2008:47) menyatakan bahwa musikalisasi puisi dengan cara membacakan yang diberi latar belakang musik. Model musikalisasi puisi iringan atau membaca puisi yang diberi latar belakang merupakan model puisi yang biasa yang dilaksanakan masyarakat umum dalam lomba-lomba atau kegiatan baca puisi.
Musikalisasi puisi dapat kita jumpai pada lagu-lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi-penyanyi pop, misalnya: Bagai Bintang di Surga oleh Peterpan, Lagu untuk Sebuah Nama oleh Ebiet G. Ade, Andaiku Tahu oleh Ungu dan Sajadah Panjang oleh Bimbo dan masih banyak lagi.
KBBI (2005:767) musikalisasi adalah hal yang menjadikan sesuatu ke dalam bentuk musik. Musikalisasi puisi berarti mengubah puisi ke dalam bentuk lagu yang memiliki nada dan irama tertentu dengan diiringi alat musik yang sesuai.
Pono Banoe ( 2003:233), menyatakan bahwa lagu merupakan nyanyian atau melodi pokok, juga berarti karya musik. Karya musik untuk dimainkan atau dinyanyikan dengan pola dan bentuk tertentu. Contoh: Indonesia Raya, Simfoni, Melati dari Jaya Giri dan sebagainya. Lebih lanjut lagu dibedakan menjadi : lagu anak-anak, lagu daerah, lagu hiburan, lagu kebangsaan, lagu melayu, dan lagu pop.
Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan musikalisasi puisi adalah puisi yang dinyanyikan. Musikalisasi merupakan kolaborasi antara sastra dan musik. Puisi yang biasa dibacakan atau diucapkan dengan intonasi, sedangkan musikalisai puisi dibacakan atau diucapkan dengan nada dan diiringi dengan musik.
E. Kolaborasi
Menurut Elizabert E. Barkley dkk. (2014:4) berkolaborasi berarti bekerja sama-sama orang lain . Dalam praktik pembelajaran kolaboratif berarti bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok, bukan belajar dengan bekerja sendirian.
Sejalan dengan pendapat tersebut Cifor Pili ( 2005) berpendapat bahwa kolaborasi adalah bentuk kerja sama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga , dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.
Sedangkan menurut Abdulsyani (1994 :156) kolaborasi adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Sebagaimana dikutib oleh Abdulsyani, Roucek dan Warren, mengatakan bahwa kolaborasi berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah suatu proses sosial yang paling dasar. Biasanya, kolaborasi melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi
Sedangkan dalam KBBI (2005:580) kolaborasi adalah perbuatan kerjasama.
Dengan demikian dapat disimpulkan kolaborasi adalah kerja sama dalam kelompok kecil untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan bersama secara maksimal. Kolaborasi menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan membaca puisi adalah salah satu siswa menyanyikan puisi diikuti pembacaan puisi secara susul-menyusul sehinggga dapat menghasilkan suatu kolaborasi yang menarik. Selain itu dengan adanya teman atau tampil berdua akan dapat mengurangi rasa takut, minder, malu dalam berekspresi
F. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi ini penulis akan menggunakan teknik kolaborasi dengan membaca puisi. Dalam teknik ini ada siswa yang menyanyikan puisi dan ada siswa yang membacakan puisi secara bersama- sama atau saling menyusul. Dengan berkolaborasi atau kerja sama diharapkan bisa menambah beberanian dan kemampuan siswa mengekpresikan puisi yang sedang dinyanyikan sesuai dengan kehendak penyair. Pada dasarnya isi puisi itu adalah pikiran, perasaan penyair yang dituangkan melalui kata-kata.
Apabila hasil yang diperoleh masih kurang memuaskan atau diperkirakan masih dapat meningkat lagi, maka peneliti akan melanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus kedua dengan menggunakan teknik kolaborasi. Diduga dengan teknik kolaborasi dengan membaca puisi hasil yang diperoleh akan meningkat sesuai yang diharapkan dan masalah yang dihadapi akan teratasi.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut.
1. Hasil belajar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi siswa kelas IX J SMP Negei 2 Toroh, semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkat jika menggunakan teknik kolaborasi membaca puisi.
2. Kemampuan berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh, Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkat jika menggunakan teknik kolaborasi dengan membaca puisi.
Bagi Bapak Ibu mau lebih jelas silahkan Download Link dibawah Ini:
Demikian yang bisa kami sajikan kurang lebihnya kami mohon maaf.